Bimbingan dan Konseling
Komprehensif
A.
Pengertian
Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Uman
Suherman (2011) Bimbingan dan konseling komprehensif disusun untuk
merefleksikan pendekatan yang menyeluruh bagi dasar penyusunan program,
pelaksanaan program, system manajemen dan system pertanggungjawabannya. Selain
itu, program bimbingan dan konseling sekolah dirancang untuk menjamin bahwa setiap
siswa memiliki hak yang sama untuk memperoleh manfaat program itu.
Sehubungan
dengan sifat program bimbingan dan konseling komprehensif, ada tiga hal
mendasar yang perlu diperhatikan dalam penyusunan program bimbingan dan
konseling di sekolah yaitu:
1. Ruang
lingkup yang menyeluruh artinya tidak hanya berfokus pada peserta didik sebagai
pribadi saja melainkan seluruh aspek kehidupan siswa sejak usia dini sampai
dengan peserta didik berusia remaja (SMA/SMK).
2. Dirancang
sebagai pencegahan artinya bahwa konselor berkewajiban membantu peserta didik
agar memiliki sikap proaktif dalam menghadapi berbagai persoalan
3. Pengembangan
potensi siswa artinya program BK tidak hanya untuk pencegahan permasalahan
siswa, tetapi disusun sebagai pelayanan untuk menemukan karakteristik dan
kebutuhan siswa.
Menurut Suherman (2011: 53) Ciri-ciri program
bimbingan dan konseling sekolah komprehensif sebagai berikut :
a. Program
BK sekolah merupakan kesatuan komponen tujuan institusi sekolah
b. Program
BK sekolah memberikan kesempatan pada semua siswa
c. Program
BK ditunjang dengan keberadaan konselor yang professional ( keahlian,
keterampilan, komitmen, pengembangan diri)
d. Memastikan
bahwa program BK sekolah merupakan rancangan yang dapat dilaksananakan dalam
sebuah gaya yang sistematik untuk semua siswa
e. Program
BK mampu menghasilkan pengetahuan, sikap dan kemampuan-kemampuan siswa lainnya
yang dapat direkomendasikan sebagai sebuah hasil dari keikutsertaan mereka
dalam sebuah program BK di sekolah.
Bimbingan
dan konseling komprehensif mendasarkan
pada lima premis (Sugiyo, 2011) yaitu a). bimbingan dan konseling
komprehensif bersifat kompatibel, b) bersifat perkembangan, c) program bk
komprhensif bersifat building approach,
d) bk komprehensif dikemas dalam perencanaan, desain, implementasi evaluasi dan
tindak lanjut , e) bk komprehensif dikendalikan oleh kepemimpinan sekolah yang
memiliki visi, misi yang kuat tentang bimbingan dan konseling.
Jadi
, pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif merupakan upaya untuk membrikan
bantuan kepada peserta didik agar mengembangkan diri seoptimal mungkin.
B.
Komponen
Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Bimbingan
dan konseling komprehensif memiliki empat komponen Gysbers dan Henderson dalam
( Sugiyo, 2012: 17-25) yaitu:
Ø Kurikulum
bimbingan dan konseling
Kurikulum
bimbingan dan konseling di Indonesia sering disebut pelayanan dasar, karena
semua peserta iddik memperoleh layanan BK. Kurikulum BK merupakan seperangkat
kegiatan yang dirancang secara sistematis untuk memfasilitasi perkembangan
peserta didik yang mencakup perkembangan akademis, karir pribadi dan social.
Strategi
yang dilakukan konselor dalam pelaksanaan kurikulum bimbingan dan konseling
yang dikemukakan oleh Depdiknas dalam Sugiyo (2012) yaitu (1). Bimbingan kelas,
(2). Pelayanan orientasi, (3). Pelayanan infromasi (4) bimbingan kelompok dan
(5). Pelayanan pengumpulan data
Ø Perencanaan
Individual
Dalam
perencanaan individual, konselor sekolah mengkoordinasi kegiatan secara
sistematik dan berkelanjutan serta dirancang untuk membantu siswa secara
individual dalam menetapkan tujuan pribadi dan mengembangkan rencana di masa
depan. Fokus pelayanan perencanaan individual adalah berbagai aktivitas yang
terarah pada pengembangan: Aspek pribadi-sosial yang mencakup pengembangan
konsep diri yang positif dan keterampilan social dalam kehidupan secara
efektif, aspek akademik yang mencakup memanfaatkan keterampilan memilih jurusan
atau prodi yang tepat dan aspek karir yang mencakup pemahaman dunia kerja,
memahami kesalamatan kerja, kebingungan memprediski peluang karir.
Perencanaan
individual bagi siswa diimplementasikan melalui beberapa strategi (Suherman,
2011:67-68) yaitu penilaian individual/kelompok kecil, pemberian saran pada
individual atau kelompok kecil . Sedangkan menurut Sugiyo (2011) strategi yang
dapat dikembangkan yaitu 1). Individual appraisal yaitu suatu strategi dimana
konselor membantu peserta didik untuk dapat menilai dan menafsirkan potensi
yang dimilikinya, 2). Individual advisement yaitu digunakan agar peserta didik
mampu menggunakan segala informasi baik social-pribadi, karir, 3) Transition
Planning yaitu membantu peserta didik dalam memahami dunia kerja, 4) Follow up,
digunakan ketika memberikan layanan lanjut melalui berbagai pengumpulan data
untuk evaluasi dan program yang akan datang.
Ø Layanan
Responsif
Supratiknya
(2010) mengemukakan pelayanan responsive diberikan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
para siswa dan stakeholder lain yang membutuhkan penanganan segera (imadiate needs).
Layanan
responsive disampaikan melalui strategi-strategi (Suherman, 2011: 69-70)
seperti konsultasi, konseling individual dan kelompok kecil, konseling krisis, alih tangan (referral), fasilitasi teman
sebaya. Dukungan Sistem
Dukungan
system terdiri atas aktivitas manajemen yang membentuk, memelihara dan
meningkatkan efektivitas serta efisiensi bimbingan dan konseling sekolah secara
keseluruhan. Konselor sekolah
menggunakan keterampilan kepemimpinan serta advokasi mereka untuk mempromosikan
perubahan serta advokasi mereka untuk mempromosikan perubahan sistemik dengan
cara berkontribusi dalam aspek seperti : (a) pengembangan professional, (b)
konsultasi, kolaborasi, dan pembentukan tim (c) manajemen dan operasi program
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiyo. 2012.Manajemen
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya.
Suherman, Uman. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling.
Bandung: Rizqi Press.
Supratiknya. 2010. Manjemen Bimbingan dan Konseling
Komprehensif. Yogyakarta: USD.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar